Gpd8TfAlBUYoTfM6TUAlTUAlTA==

Rinjani Tak Pernah Mudah 1 : Pendakian Gunung Rinjani via Sembalun,Medan Ekstrem, Sunrise Spektakuler, dan Puncak 3.726 Mdpl

Pendakian Gunung Rinjani via Sembalun: Medan Ekstrem, Sunrise Spektakuler, dan Puncak 3.726 Mdpl. Foto:NTBPost/Zak.

Rinjani Tak Pernah Mudah : Langkah Pertama Menuju Pelawangan Sembalun

Penulis: NTBPost/Zak.


Rinjani tidak mudah ditaklukkan. Para pendaki harus melewati medan pendakian yang menantang dengan berbagai potensi risikonya. Lantas, mengapa Rinjani tetap memikat dan membuat puluhan ribu orang setiap tahun datang ke gunung api tertinggi kedua di Indonesia itu? 


Jam menujukkan pukul 01.00 Wita saat beberapa pendaki, tiba di Bukit 3, sekitar 5 kilometer dari Kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, pertengahan Mei 2025 lalu.

Setelah memarkir kendaraan di bukit yang menjadi salah satu titik keberangkatan pendakian di jalur Sembalun itu, mereka mengecek ulang semua kelengkapan. Dari tas punggung berisi segala kebutuhan pendakian, hingga mengecek headlamp (lampu di kepala) apakah berfungsi dengan benar.

Setelah pengecekan selesai dan memastikan tidak ada yang terlewat, mereka berkumpul. Lalu berdoa bersama. Perjalanan dini hari itu akan panjang. Tak salah jika meminta perlindungan dan kelancaran ke sang Maha Kuasa.

“Sebelum memulai pendakian, mari kita berdoa supaya dilancarkan, happy-happy, dan pulang dalam keadaan selamat,” kata Idepp, yang memimpin doa. Rekan-rekannya antara lain Gigih, Tyan, dan Ardian serentak ikut berdoa.

Usai berdoa,  sekitar pukul 01.10, rombongan asal Kota Mataram itu, berjalan pelan meninggalkan Bukit 3. Tidak ada suara lain terdengar. Selain pijakan langkah, hentakan ujung track pole di tanah, dan tarikan nafas lelah. Juga dengung jangkrik dan serangga malam, serta obrolan ringan di antara mereka.

Cahaya dari lampu di kepala (headlamp), menjadi satu-satunya penerang jalan mereka. Headlamp menjadi perlengkapan yang sangat penting malam itu. Karena tanpa penerangan, mereka bisa salah langkah. Dari paling ringan yakni menginjak tahi sapi, kepleset, dan paling buruk terperosok ke lubang bahkan jurang.

Rombongan itu membutuhkan waktu sekitar 50 menit dari Bukit 3 mencapai Pos I. Jalur yang dilewati adalah jalan dengan kombinasi turunan dan tanjakan yang kiri dan kanannya berupa semak belukar dan ilalang.

Begitu sampai di Pos I, mereka berhenti sejenak meneguk air. “Masih aman?,” teriak salah seorang dari rombongan tersebut. Anggota lain serentak menjawab “aman”.

Saat mereka sampai di sana, pos I sepi. Tidak ada pendaki yang berkemah. Gazebo-gazebo yang ada di sana pun kosong. 

Di atas, langit Rinjani malam itu terlihat cerah. Bintang-bintar bertaburan. Hanya bulan separuh yang sedikit malu, bersembunyi di balik awan. 

Dari pos I, terlihat headlamp peserta Rinjani 100k kategori 32k mengelip saat mereka bergerak menuju pelawangan, juga ke puncak Rinjani. 

Ya, pendakian dini hari itu memang berbarengan dengan penyelenggaraan Rinjani 100 Ultra, ajang lari trail di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Lebih dari 1.000 peserta dari 46 negara ikut serta dalam berbagai kategori lomba. Kawasan Sembalun jadi benar-benar ramai sepanjang minggu oleh pelari.

Sekitar pukul 02.25, rombongan itu tiba di Pos II. Dibanding Pos I, suasana Pos II jauh lebih ramai dan lebih terang. Hal itu karena Pos II digunakan sebagai water station (WS) atau titik istirahat Rinjani 100 Ultra. Selain untuk pemeriksaan, WS menjadi tempat peserta beristirahat sambil menikmati berbagai sajian penyegar dari minuman, hingga buah-buah segar. 

Di hari-hari biasa, Pos II pendakian Rinjani via Sembalun memang selalu ramai. Pos ini menjadi salah satu titik istirahat bagi para pendaki dan porter serta pemandu, sebelum melanjutkan perjalanan menuju pelawangan atau area berkemah sebelum ke puncak. Pendaki yang baru turun juga biasanya beristirahat di sini.

Jalur dari pos I hingga Pos II bisa dibilang mirip. Hanya saja jika diperhatikan, semakin menanjak. Kabar baiknya, baik Pos I dan Pos II sudah bisa dijangkau dengan ojek. Layanan ini biasanya tersedia di siang hari dan kerap dipilih pendaki demi mempersingkat waktu pendakian.

Jalur yang benar-benar mulai terasa menanjak adalah dari Pos II hingga Pelawangan. Hanya ada beberapa jalur menurun, sisanya menanjak yang benar-benar bisa menguras energi. Maka mengatur tempo saat berjalan sangat diperlukan. 

Begitu meninggalkan Pos II, pendaki disambut tanjakan seperti tanpa ujung. Ada sedikit jalan mendatar di atas tapi berada di pinggiran jurang dalam sehingga tak boleh lengah sedikit pun. 

Dari sana, pendaki akan menemukan turunan lagi dan melewati jembatan lalu menanjak lagi melewati jalur tanah campur bebatuan. Setelah bertemu pos III bayangan (pos dengan gazebo tanpa penanda), pendaki akan sampai di pos III. 

Setibanya di Pos III sekitar pukul 03.20, rombongan Idepp beristirahat lagi. Kali ini, tidak hanya minum, tetapi juga mengeluarkan bekal. Mereka perlu asupan energi tambahan untuk melewati momok para pendaki Rinjani di jalur Sembalun.

Bukan hantu, melainkan Bukit Penyesalan. 

Bersambung...

Komentar0

Type above and press Enter to search.