Gpd8TfAlBUYoTfM6TUAlTUAlTA==

KKN UNRAM MEREPLIKASI BEDENGAN TERBALIK DAN IPAL-ABT DI DESA SETILING

LOMBOK TENGAH– Bedengan Terbalik dan IPAL-ABT adalah metode inovatif dalam pertanian lahan kering, di mana air disalurkan dari dasar bedengan melalui sistem pipa bawah tanah, bukan disiram dari atas seperti teknik konvensional.

Sistem ini memanfaatkan panas matahari untuk mengangkat air ke permukaan akar, menjadikan tanaman tetap terhidrasi secara efisien, sekaligus menekan laju evaporasi dan infiltrasi yang tinggi pada tanah kering. Teknik ini juga memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mataram bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Senamian melakukan kunjungan ke KWT Al-Hidayah di Desa Jongo kecamatan  Janapria. Di sana, mereka belajar langsung tentang penerapan bedengan terbalik, sebuah inovasi yang terbukti efektif mengatasi krisis air di lahan kering.

Inovasi ini pertama kali ditemukan oleh Eli Darmawan, SP., sejak 2005 dan mulai diuji coba pada 2021 di Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur wilayah yang dikenal sebagai daerah kering dengan keterbatasan sumber air.

Sejak diterapkan, bedengan terbalik terbukti mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air serta mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal di tengah cuaca panas ekstrem.

“Melihat langsung penerapannya di Janapria membuka wawasan kami. Kami ingin mengembangkan bedengan terbalik di Desa Setiling karena masyarakatnya mayoritas petani dan sangat potensial,” ujar Moh. Irfandi, Ketua KKN Unram.

Irfandi juga menjelaskan bahwa Desa Setiling telah memiliki inovasi biogas dari kotoran sapi, yang limbah padatnya sangat potensial dijadikan pupuk alami untuk mendukung sistem bedengan terbalik.

“Kami ingin menggabungkan dua inovasi ini untuk menciptakan sistem pertanian yang efisien, ramah lingkungan, dan cocok untuk lahan kering,” tambahnya.

Metode Bedengan Terbalik yang diterapkan di Desa Jango, Janapria mendukung tujuan SDGs, khususnya poin 2 (Tanpa Kelaparan), poin 6 (Air Bersih dan Sanitasi), dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Inovasi ini meningkatkan efisiensi penggunaan air di lahan kering melalui irigasi bawah tanah, menjaga tanaman tetap terhidrasi meski dalam kondisi cuaca ekstrem dan keterbatasan air. 

Selain menjaga produktivitas pertanian, sistem ini juga mengurangi evaporasi dan infiltrasi berlebih. Program ini turut memberdayakan masyarakat melalui kolaborasi antara KKN Unram dan Kelompok Wanita Tani Desa Setiling.

Sementara itu, Gatam Ibnu Adam, Humas KKN Unram, setelah meninjau langsung bedengan terbalik di Janapria dan membandingkannya dengan kondisi di Desa Setiling, menyatakan bahwa inovasi ini membuktikan bahwa keterbatasan bukan hambatan. 

“Bedengan terbalik memang sederhana, tapi dampaknya besar. Ini bukti bahwa ide kreatif petani lokal bisa mengatasi masalah seperti krisis air dan ketahanan pangan. Warga Setiling juga sangat antusias jika inovasi ini diterapkan di desa mereka,” ujarnya.

Kunjungan ini diharapkan menjadi awal dari replikasi teknologi pertanian tepat guna di desa-desa lain, termasuk Setiling. Bagi mahasiswa KKN Unram, ini bukan hanya studi lapangan, tapi juga langkah nyata untuk membangun desa dari bawah melalui inovasi yang lahir dari masyarakat sendiri.(Ntbpost/Red)

Komentar0

Type above and press Enter to search.