![]() |
Dokumen Istimewa saat olah TKP Kasus Kematian Brigadir Muhammad Nurhadi di Gili Trawangan, Selasa (06/05). |
Mataram, NTBPost.com – Rekonstruksi kasus kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, anggota Bidpropam Polda NTB, pada Selasa,(06/05) kemarin menuai sorotan publik dan keluarga setelah dilakukan secara tertutup oleh pihak kepolisian.
Berdasarkan informasi yang didapatkan NTBPost.com proses olah TKP berlangsung di beberapa titik di Gili Trawangan, termasuk Villa Tekek dan Klinik Warna Gili Trawangan, dari pukul 16.00 hingga 20.20 WITA.
Beberapa adegan yang dilakuan yakni ketika Brigadir Nurhadi diangkat dan dinaikkan ke cidomo yang membawanya ke klinik warna yang berjarak sekitar 1 kilometer, melewati setidaknya 4 klinik terdekat dari Vila Tekek.
Adegan ketika almarhum Brigadir Nurhadi sudah tibak di klinik warna juga dilakukan, seperti pada video yang diterima NTBPost.com terliahat 2 orang lelaki yang berusaha menurunkan Brigadir Nurhadi dari cidomo.
Petugas DVI dan Inafis yang berbaju orange terlihat memperhatikan,dan mendokumentasikan adegan demi adegan yang di peragakan dengan seksama.
Terlihat juga 2 orang wanita yang pada saat olah TKP yang diduga adalah wanita yang bersama YP, H, dan almarhum Brigadir Nurhadi ketika di Gili Trawangan.
Namun, hingga kini, tidak ada klarifikasi resmi dari pihak kepolisian, baik terkait alasan rekonstruksi digelar tertutup maupun status beberapa saksi kunci, termasuk YP dan H, rekan Brigadir Nurhadi yang berada di lokasi saat kejadian.
Saat hari proses olah TKP dilakukan, Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Mohammad Kholid, sempat dikonfirmasi oleh media ini.
"Saya cek, mas, karena saya masih giat di Semarang," tulisnya melalui pesan singkat,Selasa (6/5).
Namun, setelah dilakukan konfirmasi kembali, tidak ada jawaban lebih lanjut dari Kombes Pol Kholid. Hingga berita ini diturunkan, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda NTB, Kombes Pol Syarif Hidayat, serta Kabid Humas Polda NTB, belum memberikan respons, meskipun telah dihubungi berkali-kali melalui pesan singkat.
![]() |
Adegan olah TKP di depan klinik Warna |
Sikap diam dari pihak kepolisian ini memunculkan pertanyaan besar di kalangan masyarakat, mengingat kasus ini melibatkan anggota kepolisian yang meninggal dalam kondisi masih misterius.
Direktur BKBH UNRAM, Joko Jumadi, ikut merespons dan menyatakan keheranannya terhadap penanganan kasus ini.
"Saya cukup heran. Dari awal, kasus ini seperti ada sesuatu yang ditutupi. Setelah viral, kepolisian baru mulai bertindak, tetapi tetap menutup rapat perkembangan penyelidikan," ujarnya,Rabu (7/5).
Joko juga mendesak kepolisian untuk lebih transparan agar tidak menimbulkan berbagai spekulasi di tengah masyarakat.
"Di tengah berbagai spekulasi dan dugaan versi yang muncul di masyarakat, seharusnya kepolisian secara terbuka menginformasikan perkembangan kasus ini, agar tidak timbul kecurigaan terhadap institusi kepolisian," lanjutnya.
Ia bahkan memperingatkan agar tertutupnya informasi tidak membuat publik menganggap kasus ini seperti Sambo Jilid 2 atau ‘Sambo Lombok’ .
"Jangan sampai masyarakat beranggapan bahwa kasus ini adalah Sambo Jilid 2 atau Sambo Lombok," tandasnya. (red.)
Komentar0